Sekarang, kita sedang melangkah. Terlihatkah jalan lurus di depan itu,
Sayang? Tidakkah sisi-sisi perjalanan kita begitu indah? Tidakkah tanah
kita berpijak penuh bunyi gemerisik yang asyik? Bayangkan. Kamu dan aku,
hanya berdua, tanpa iring-iring masalah dunia. Bergandengan di bawah
payung mapel merah keemasan yang megah, dijatuhi sinar matahari yang
ruah. Hanya tawamu dan suara sepatu yang menginjak daun mapel kering
satu-satu. Aku tidak akan tertawa, Sayang. Aku hanya akan memandang,
mengingat tiap detil, kemudian membekukannya dalam ingatan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar