Rabu, 25 September 2013

Sekarang, kita sedang melangkah. Terlihatkah jalan lurus di depan itu, Sayang? Tidakkah sisi-sisi perjalanan kita begitu indah? Tidakkah tanah kita berpijak penuh bunyi gemerisik yang asyik? Bayangkan. Kamu dan aku, hanya berdua, tanpa iring-iring masalah dunia. Bergandengan di bawah payung mapel merah keemasan yang megah, dijatuhi sinar matahari yang ruah. Hanya tawamu dan suara sepatu yang menginjak daun mapel kering satu-satu. Aku tidak akan tertawa, Sayang. Aku hanya akan memandang, mengingat tiap detil, kemudian membekukannya dalam ingatan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar