Rabu, 22 Januari 2014

Cowok Berbadan Tinggi
Bersyukurlah kalo jika kamu dikaruniai tubuh tinggi karena ternyata setelah diteliti ada juga cewek yang ‘kesengsem’  atau suka dengan para cowok tinggi. Selain alasannya adalah cowok memang harus lebih tinggi dari cewek, para cewek suka cowok tinggi karena cowok tinggi keliatan lebih gimana gitu daripada cowok pendek .
Cowok Baik
Cowok baik memang menyenangkan. Cewek-cewek pada umumnya senang dengan cowok baik karena cowok baik katanya sih bisa bersikap baik dalam memperlakukan cewek. Para cewek suka dengan cowok baik karena cowok baik bisa membuat mereka merasa terlindungi dan aman dalam kebaikan sang cowok.
Cowok Setia
Halo cowok-cowok yang suka selingkuh, sadarlah! Cewek-cewek kayaknya emang udah benci banget sama para ‘lelaki hidung belang’. Cewek-cewek maunya, punya cowok yang setia sama mereka dan gak suka selingkuh. Setia itu penting untuk mengetahui seberapa besar cinta kamu ke cewek dan seberapa besar kamu bisa menjaga hatimu untuk gak berpaling ke cewek lain. Mana ada coba, orang yang senang kalo pasangannya selingkuh
Cowok Pengertian
Para cewek-cewek biasanya suka cowok yang perhatian karena mereka memang senang diperhatikan. Ingat lagunya Ada Band yang berjudul “karena wanita ingin dimengerti kan?” nah ternyata lagu itu emang bener banget. Cewek-cewek pada umumnya suka kalo punya cowok yang bisa mengerti diri mereka dan segala keinginan mereka. Nah kamu tertarik buat jadi cowok pengertian ??
fdrfn3p]
fdf
gfgergre
rgfggrt
44t24fdf
rwerwr32
fefedf
454545
4t3t
reerretrt
dfgfgfg
43434343
fdwef
555555555555555
r34r43r3454
22222222222222222
ee2452rwe

jerawat

Cara menghilangkan jerawat secara alami, tradisional yang efektif dengan memanfaatkan kekayaan Indonesia. Jerawat memang menjadi momok tersendiri bagi sebagian orang, bahkan banyak yang rela menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk menghilangkan jerawat di wajahnya. Sesungguhnya  jika kita lebih jeli, banyak bahan-bahan tradisional yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati jerawat.

Jerawat ini umumnya muncul ketika seseorang menginjak usia puber. Namun tak jarang juga yang masih harus bergelut dengan jerawat hingga usia dewasa. Penyebab jerawat itu sendiri bisa berasal dari berbagai faktor, mulai dari faktor internal sampai faktor eksternal tubuh kita sendiri. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menghilangkannya :

Menghilangkan jerawat dari dalam

Secara alami, tubuh kita menghasilkan minyak untuk menjaga kelembaban dan kesehatan kulit. Namun jika tubuh menghasilkan minyak berlebih, maka yang terjadi adalah jerawat mudah tumbuh pada kulit berminyak. Lakukan langkah berikut:

1. Hindari makanan berlemak

Hindari makanan kaya lemak seperti, kacang-kacangan, yoghurt, coklat, dan makanan berlemak lainya. Makanan yang mengandung banyak lemak jika dikonsumsi berlebihan akan menjadikanntubuh memproduksi minyak berlebih. Hal tersebut juga berdampak pada kulit, minyak berlebih pada kulit akan menyumbat pori-pori kulit yang akhirnya membentuk gumpalan dan mengundang bakteri Propionibacterium Acnes, bakteri penyebab jerawat.

2. Konsumsi makanan berserat

Makanan yang mengandung banyak serat baik itu buah-buahan maupun sayuran akan membantu tubuh melarutkan lemak jahat pada tubuh. Sehingga kadar minyak berlebih yang dihasilkan tubuh pun berkurang, tentu saja minyak pada kulit pun berkurang.

3. Minum lebih banyak air putih

Air putih sangat baik untuk kulit dan kesehatan tubuh. Air putih membantu menjaga metabolisme tubuh dan yang terpenting membantu proses regenerasi sel kulit. Dengan meminum lebih banyak air putih, akan membersihkan kotoran dalam tubuh yang bisa menyebabkan jerawat.

Menghilangkan jerawat dari luar

1. Madu

Sudah menjadi rahasia umum cairan dengan begitu banyak manfaat ini juga bermanfaat untuk menghilangkan jerawat. Berbagai penelitian membuktikan bahwa madu terbukti berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit dan juga mampu membasmi berjerawat. Cara menggunakanyan sangat mudah yaitu hanya dengan mengoleskan madu pada kulit yang berjerawat. Lakukan hal tersebut dengan menggunakan kapas dan diamkan selama 15 menit, kemudian bilas dengan air putih hingga bersih.

2. Kulit Jeruk dan Lemon

Kulit jeruk dan lemon memiliki khasiat untuk menghilangkan jerawat. Bahkan obat jerawat yang tersedia dipasaran pun banyak yang menggunakan jeruk dan lemon sebagai bahan. menggunakanya cukup mudah, yaitu dengan menumbuk kulit jeruk sampai halus kemudian campur sedikit air. Hasil campuran tersebut bisa dioleskan pada bagian yang berjerawat. Untuk hasil yang maksimal sebaiknya di biarkan hingga 10-15 menit sebelum dibilas dengan air bersih.

3. Mentimun

Meski jenis buah ini mudah ditemukan dan harganya sangat murah ternyata mengandung zat yang bermanfaat bagi tubuh termasuk untuk mengatasi jerawat. Anda bisa melakukan dengan cara mengiris lalu menempelkan pada bagian yang terkena dan fungsinya untuk untuk memberikan efek sejuk pada bagian kulit yang meradang, setelah 15 menit kemudian cuci dengan air bersih.


4. Pepaya

Kandungan vitamin pada buah pepaya sangat baik untuk kulit. Namun masih jarang yang memanfaatkan untuk mengobati jerawat dikarenakan aromanya.  Caranya cukup mudah, blender pepaya sesuai kebutuhan, kemudian oleskan pepaya hasil blender tadi pada wajah selama 20 menit selanjutnya bersihkan dengan air.

5. Putih Telur

Cara menghilangkan jerawat yang ini cukup mudah dan murah, yaitu memanfaatkan telur. Putih telur sangat baik untuk pengobatan jerawat jika digunakan sebagai masker. Caranya cukup mudah, siapkan sebutir telur, ambil putihnya dan gunakan sebagai masker. Diamkan selama 30 menit, kemudian bilas dengan air bersih.
Semoga bermanfaat
Superman punya kelemahan.

Yang kita tahu, Superman tidak berdaya kalo berhadapan dengan Cryptonite yaitu kristal hijau dari Planet Crypton. Hehehe itu sebetulnya cuma akting Superman aja buat nyeneng-nyenengin Lex Luthor yang ampe botak pengen ngalahin Superman. Lah wong dia tinggal di Crypton masa kelemahannya sama Cryptonite.

Terus apa dong kelemahan Superman? Bukannya Superman kebal sama semua senjata manusia?

Weitsss tunggu dulu… kalo Superman kebal sama semua senjata kenapa rambutnya enggak gondrong? berarti kan ada yang bisa motong rambut Superman. Ya… Jhony Andrean itu tadi.


Hujan dan Pelangi

Kemeja kusut biru tua dan sepasang Converse yang telah termakan usia. Vespa berwarna toska yang mencolok mata. Hari ini, di bawah gerimis, dia membawa sebungkus gorengan di tangannya. Terlihat kepayahan dengan jaket kulit yang belum sepenuhnya terpakai dan motor yang tak kunjung hidup. Rambut setengah ikalnya terjatuh menutupi sebagian pipi yang tirus, hidung mancungnya jadi satu-satunya yang dapat kulihat dari wajah yang kini terasa begitu familiar. Begitu akrab. Seidentik pagi dengan telur mata sapi dan kopi, atau sore dengan secangkir teh hangat dan gurauan singkat. 
Hujan tak juga reda. Gerutuan di halte mulai terdengar, mendadak hujan jadi seperti pembunuh keji yang pantas dihujat sesukanya. Suara protes dan rencana yang tertunda, seseorang yang menunggu di suatu tempat, atau kejutan yang berantakan. Dasar, hujan.
Katanya, saat hujan adalah waktu baik untuk berdoa. Doa macam apa yang ingin kuminta. Aku minim pinta.
Si pria kurus ber-Vespa melewati halte tempat segala kejemuan berada. Seorang diri di jalanan yang sepi, dia menerobos hujan. Kurasa dia satu-satunya yang tak marah pada keadaan. Atau marah, tapi lebih ingin menerima. 
Aku memandangi punggungnya dari kejauhan. Tuhan, aku mau melebur jadi hujan. Lalu menjatuhi pundaknya yang ringkih, memeluknya. Apa perasaan ingin memeluk seseorang selalu muncul saat hujan datang? Atau cintaku terlalu cepat jatuh pada si pria kurus penakhluk hujan?

Ah, cepat sekali kepala dan hatiku sepakat kalau ini cinta.

Kemudian, hujan berhenti. Rintikan mulai reda, tetesan kecil mulai meninggalkan tempat-tempat yang mereka jatuhi. Mereka yang berteduh kembali memenuhi jalan, berbaur dengan udara lembab setelah hujan. Sementara aku masih berdiri di halte, sendiri, menyaksikan lahirnya pelangi. Semburat warna-warni yang melengkung di sisa-sisa gelap langit yang mulai membiru laut lagi.

Dari ujung jalan, kulihat si pria kurus yang entah kenapa kembali ke tempatnya semula pergi. Kupandangi punggungnya, terutama pundak tirusnya. Juga Converse tua dan Vespa toska. Dia berwarna. Ah benar, dia pelangi.

Tapi, persis seperti pelangi, dia tak lagi indah tanpa hujan.

Rasaku kemudian pergi. Secepat itu. Secepat hujan meluruhkan kenangan.

Jejak-Jejak Kita

"What am I gonna do when the best part of me was always you?
And what am I supposed to say when I'm all choked up and you're OK?
I'm falling to pieces..."
  
Ternyata, cerita ini tak memiliki akhir yang semestinya.
Kita pernah bersama, itu benar.
Kita pernah saling membagi cerita.
Kita pernah duduk bersama, saling bertatap muka.
Kita pernah membagi hati sembari saling menjaga.
Tapi kemudian, kamu memutuskan untuk pergi begitu saja.
Jejak-jejak kita, katamu hapuskan saja.
Tapi, bagaimana dengan jejak yang telah terpatri di kepala?
Bagaimana kabar hatiku tanpa kamu yang menempati?
Seperti apa malamku tanpa suaramu dalam sepi?
Apa yang harus kulakukan pada air mata ini?
Sementara kamu, kini baik-baik saja.
Kamu dengan cepat pulih, seperti aku bukan siapa-siapa.
Seperti semua cerita yang ada selama ini hanya dongeng belaka.
Seperti jejak-jejak kita tak pernah tertanam di kepala lalu hilang begitu saja.
Ini mungkin memang akhir yang semestinya. Aku yang hanya tak bisa menerima.

Entahlah

Ada musik yang mengalun perlahan, entah darimana. 
Iramanya konstan, nyaris datar seperti hati yang tak pernah didatangi. 
Sepi. 
Aku diam-diam mengamati gerakan hati. 
Masih kosong, lompong. Ruang-ruangnya masih sama. 
Di dindingnya ada bekas luka. Besar tapi di permukaan, kecil tapi merusak jaringan. 
Aku terlampau hapal dengan labirin yang kuciptakan sendiri. 
Rumit dan sederhananya, plus jalan pintas masuknya. 
Kupikir hanya aku yang tahu. Tapi rupanya aku hanya sok tahu.
Di ruang hati yang sama sekali baru, kamu, telah membangun istanamu sendiri. 
Tidak sebagai penyusup, kamu hadir lebih seperti teman lama yang hadir kembali. 
Terasa begitu familiar, seperti kita pernah membuat janji bertemu di Surga dulu. 

Entahlah, bisikku. Pada diriku.
No comments:
Superman Tidak Bisa Terbang

Superman sebenarnya tidak terbang tapi keadaan di Bumi lah yang membuatnya seolah-olah terbang. Sama halnya jika kita berada Planet lain, maka kita akan melayang-layang di sana. Justru Superman menghabiskan banyak tenaga untuk tetap menapak di tanah, Makanya Superman akan lebih powerfull jika berada di angkasa.



Hujan dan Doa

"Kenapa sih, orang kalau galau selalu butuh hujan?"
Joanna, adik perempuan Adrian menatap dramatis tetesan air hujan yang menjatuhi jendela ruang tengah. Aku sedang menjenguk ibu mereka yang sedang demam saat hujan deras mendadak turun, membuat rencana kencan berhargaku tertunda. Aku yang sedang membuatkan mereka cokelat hangat, tertawa kecil menanggapi celetukannya sementara Adrian melengos pelan. Joanna kemudian menodong jawabanku saat kakak laki-lakinya tak menanggapi.
"Well, menurut penelitian sih, hujan memang punya kemampuan meresonansikan kenangan. Mungkin karena itu kita cenderung memutar masa lalu saat hujan?"
"Nggak masuk akal," protesnya.
"Hidupmu lebih nggak masuk akal," timpal Adrian.
"Kamu pernah galau karena hujan, Rii?" tanya Joanna lagi.
Kali ini, kulihat Adrian mengangkat kepalanya dari laptop lalu melirikku. Otakku berputar dengan cepat. Panik, sok tenang, mencari jawaban, menatap mata Adrian. Kepalaku bolak-balik melakukan sesuatu yang absurd. Jangan sampai salah jawab. Apa katamu? Ah, terserah.
"Pernah. Hampir selalu."
Joanna bengong. Ekspresi Adrian masih datar.
"Kenapa nggak?" tanyaku lagi. Gugup yang tadinya mengaliri darah mendadak surut. "Aku manusia. Kugarisbawahi ya, manusia. Masih punya hati, jadi saat kenangan menyergap, hatiku masih bisa berdenyut. Apalagi memacari kakakmu."
Joanna masih bengong. Adrian mulai tersenyum kecil.
"Yang jadwalnya nggak karuan. Yang mungkin bisa dinominasikan sebagai salah satu pria tersibuk di dunia mendampingi Obama, yang sampai ketiduran di meja kerja, yang badannya seperti nggak ada tulang hingga nggak pernah merasa patah-patah. Atau mungkin, komposisi badannya semua tulang jadi mirip robot."
"Dan lagi, biar jahat begitu, kakakmu bagian dari masa laluku. Juga masa sekarang, dan semoga dia juga berada di masa depan. Wajar kan, kalau dia selalu ada saat hujan?"
Kutarik nafas dalam-dalam. 
"Itulah kenapa," lanjutku. "Hanya saat hujan, aku ingat untuk mendoakannya lebih banyak. Hanya saat dia sibuk aku punya waktu untuk duduk. Lalu berdoa lagi."
Joanna menatapku, lalu mendesah pelan. "Kenapa sih, kamu mau menyia-nyiakan hidup demi jadi kekasih kakakku? Pergilah sebelum terlambat."
Adrian menyerngit. "Dia bakal jadi kakak iparmu, tahu."
Sekarang giliranku yang bengong.
Apa itu tadi lamaran?

Cokelat Panas

Ada rasa yang berbeda tiap kali menyesap secangkir cokelat panas. Sensasinya tidak menyentak seperti kopi. Lebih ringan dan manis. Tidak seperti kopi yang membuatmu terjaga, cokelat panas membuatmu terlelap. Membuatmu lari sejenak dari hiruk pikuk dunia yang merongrong isi kepala. Membuatmu lupa sejenak dari jerit-jerit di hati yang tak tahu diri.
Kopi membuatmu terjaga, membuatmu siaga.
Seperti mengingatkanmu untuk terus menegakkan bahu, jangan dulu rebah pada apa-apa yang beresiko mengacaukan kepala. Memporak-porandakan hati. Kopi seperti sahabat yang tak ingin kamu terbuai pada apa yang kelak menjatuhkanmu. Memecahkan tiap partikelmu.
Cokelat panas membuatmu terlelap, membuat duniamu senyap.
Seperti membiarkanmu untuk rehat sejenak, jangan terlalu kaku pada hidup yang sejatinya tak perlu dikhawatirkan begitu besar. Ini hidup. Nikmati, senyum, lalu melangkahlah dengan ringan. Kasihan bahumu kalau terus tegak. Cokelat panas seperti sahabat yang tahu betul jatuh bangunmu. Tak tega melihatmu terus berjuang hingga nyaris patah.

"Ini untukmu yang sedang lelah dengan hati dan isi kepala. Secangkir cokelat panas, plus sebuah janji kecil dari Tuhan. Bahwa kamu pantas bahagia dan dibahagiakan."
Ucapan ulang tahunnya pakai Bahasa Sunda, ya. Bahasa Ibu saya, bahasa yang biasanya beliau pakai kalau sedang menyuruh anak-anaknya makan, memberi nasehat, atau sekadar ngomel karena rumah selalu berantakan. Ibu dan bahasanya yang dulu nggak saya mengerti.

Kembali ke perayaan ulang tahun Pan-dora.
Ah, blog ini. Nggak pernah terbayang dalam benak saya kalau blog yang tujuannya hanya untuk menampung tulisan iseng, malah mendapat pembaca yang apresiasinya luar biasa. Nggak terhitung sudah berapa kali saya terharu atau mendapat sensasi hangat di hati tiap kali ada pembaca yang menyampaikan perasaannya setelah membaca salah satu tulisan. Ada yang menangis, ada yang tertawa bahagia, bahkan ada yang memutuskan untuk move on hanya karena membaca salah satu postingan disini. Rasanya aneh sekaligus nggak percaya. Senang. Karena ternyata blog ini bisa menggerakkan hati seseorang.
Beberapa kali ada komentar nggak jelas, tapi saya anggap semua komentar penting. Nyambung nggak nyambung, baik atau buruk, komentar tetap apresiasi pembaca. Saya berterima kasih pada selama ini selalu memberi komentar yang menyenangkan. Terima kasih.
Pan-dora membuka dunia saya. Lebih lebar dari apa yang bisa dijangkau oleh tangan kecil ini. Lewat ujung-ujung jari, saya menjangkau apa-apa yang tak kasat mata. Saya bahkan bisa menjangkau hati. Pikiran, dunia lain lewat blog orang lain. Rasanya menyenangkan. Nggak tergantikan.
Sudah dua tahun ya, Pan-dora.
Baru dua tahun, tepatnya.
Pan-dora masih akan berisi cerita dan potongan tulisan manis, seperti yang selama ini kalian tahu. Dan saya masih belum kepikiran untuk berpindah genre dari chicklit ke genre lain, jadi tulisan disini juga masih akan bertema sama.
Semoga di pertambahan usia, blog ini makin dipenuhi oleh pembaca yang menginginkan Pan-dora sebagai penyembuh, penghibur, atau sekadar tempat untuk membaca. Doakan Pan-dora selalu ada. Dan akan selalu ada.
Terima kasih, semua. ^^

"Pergilah, Menghilang Sajalah"

Hujan baru berhenti dan bau tanah basah masih menyeruak. Aku baru saja akan berlarian ke ujung jalan mengejar bus saat dia juga berlarian ke arahku. Kami hampir bertabrakan. Untungnya aku bisa menahan langkah. Tertahan, tepatnya. Selutut-lutut lemas. Mukaku pasti sudah pucat.

“Hai,” sapanya.

Wah, hebat sekali. Ada apa ini? Apa aku masuk acara jebakan jahil di televisi? Apa sebentar lagi akan ada pembawa acara yang keluar dari balik semak-semak untuk mengagetkanku? Tidak perlu. Dia hadir di depanku saja sudah lebih aneh dari kejutan apapun.

“Kamu sedang apa disini?” tanyaku. Akhirnya bersuara juga setelah sekitar semenit berpikir keras apa yang harus kukatakan. Sudah lama sekali sejak kami tak (harus) saling bertegur sapa.

Sudah lama sekali sejak kami tiba-tiba memutuskan untuk tidak bersama lagi. Ah, tidak. Dia yang tiba-tiba pergi. Ada wanita lain, atau justru aku yang jadi wanita lain, aku tak lagi mengerti. Yang jelas, lucunya, aku pernah percaya bahwa akhir dari kami adalah bahagia.

Dia tak bicara.

“Jangan sok-sokan ingin kembali. Kamu nggak tahu bagaimana aku berjuang membereskan semua kekacauan yang kamu sebabkan, kamu nggak tahu pagi muram seperti apa yang kulewati saat kamu pergi.”

Dia masih tak bicara.

“Sudahlah. Aku nggak ingin bicara lagi. Nggak ingin ada “kita” lagi. Kuanggap kita nggak pernah ada. Aku akan menghilang, kamu juga.”

Saat dia masih tak bicara, aku berjalan melewatinya. Sudah lama setelah kami tiba-tiba seperti terkoyak paksa, mataku tak tersengat air mata. Jangan menangis, bisikku pada diri sendiri.

“Terima kasih sudah selalu mendoakanku saat kita masih bersama,” katanya. Suaranya tegas, tidak sedang terluka atau ragu-ragu. Satu dari banyak bagian dirinya yang pernah begitu kukagumi.

“Aku masih mendoakanmu, tahu.”

Lalu, untuk pertama kalinya aku berhasil menatap matanya dalam-dalam. Tidak ada luka, sakit hati, pertanyaan yang mendesak untuk dijawab, atau penyesalan atas pertemuan kami.

“Kamu baik-baik saja?”

“Dulu, sebelum kita bertemu, aku pernah baik-baik saja. Memangnya apa yang bisa kulakuan selain baik-baik saja? Aku baik-baik saja.”

Setelah mendengar itu dari mulutku, dia tersenyum. Lalu menghilang. Seperti butiran pasir, terbawa angin. Aku terpaku. Dia tak nyata. Dia tak benar-benar ada.

Lagi-lagi, pikiranku menjelma begitu nyata.

"Pergilah. Menghilang sajalah..."

Sibuk Suntuk

Malam ini (lagi-lagi) kita dimulai dengan sikat gigi dan laptop.
Aku berjalan ke kamar mandi yang pintunya sengaja kubiarkan terbuka, kamu yang langsung duduk meringkuk di depan meja kerja. Dengan mulut penuh busa, dari pantulan kaca, kupandangi kamu yang menarik nafas dalam-dalam. Bergulat dengan data-data yang tak pernah kumengerti tapi begitu kamu sukai. Perihal menyikat gigi sambil memandangimu ini mendadak jadi rutinitas berharga. Aneh memang. Kenapa tidak sekalian kuambil kursi, duduk di sebelahmu, lalu kupandangi kamu sepuasnya sampai pagi. Kalau perlu sambil kupeluk-peluk sekalian. Tapi tidak. Pantulanmu di kaca jauh lebih indah. Seperti mengingatkanku kalau kamu memang rapuh. Kujatuhkan kaca ini, maka kamu di dalam kaca akan pecah berantakan. Tak akan ada lagi kamu. 
Aku akan membingkaimu dalam kaca lalu menjaganya.
Selesai menyikat gigi, aku berjalan ke dapur. Masih ada yang harus kurampungkan sebelum tidur. Kopi dengan gula hanya sesendok untukmu, lalu kopi susu untukku. Aku tidak suka kopi, maagku bisa kambuh. Tapi, seperti inilah caraku agar kurang lebih tahu rasanya terjaga karena kafein. Tentu saja kamu akan selalu menang dalam lomba terjaga hingga pagi. Dan aku, selalu jadi yang bangun terlebih dulu karena kamu seringnya tak tertidur.
Kuletakkan secangkir kopi di sisi laptopmu. 
Tugasku belum usai.
Aku mengambil minyak lavender dari lemari kecilmu. Setengah berjongkok, kuminta kamu mengeluarkan kedua kaki dari gelungan selimut. Sambil menahan geli, kamu tersenyum memandangiku yang mengoleskan minyak lavender di telapak kakimu. Katanya, cara ini bisa sedikit mengatasi gangguan tidur. Jadi, kulakukan tiap malam agar kamu bisa cepat tidur. Tapi sepertinya minyak lavenderku sudah kepayahan melakukan tugasnya di tubuhmu yang kebal karena kafein.
"Kamu memberiku kopi, lalu mengoleskan minyak lavender. Sebenarnya kamu mau aku tidur atau nggak?" tanyamu lirih. 
Aku yang sedang berlutut kini lebih rendah darimu. Tidak seperti biasanya, kamu yang harus mendongak untuk bicara langsung padaku. Aku hanya tersenyum. Memandangi wajahmu yang sisi kanannya tertimpa cahaya laptop dan sisi kiri yang gelap di balik selimut cokelat.
"Supaya kamu bertanya seperti ini padaku. Jadi, kamu ingin terjaga atau terlelap?"
Kamu tercenung. Cukup lama. 
"Aku ingin terjaga."
Hatiku mencelos. Tapi hebatnya, masih bisa tersenyum.
Kamu kembali bercumbu dengan laptop dan data-data, sementara aku menaruh minyak lavender ke tempatnya. Lalu, lagi-lagi, menutup malam di balik selimut dingin seorang diri. Setengah diriku menginginkan istriku yang dulu bisa dipeluk untuk mengisi malam, setengah lagi memilih mengalah dan pasrah. Akan lebih banyak malam mengoleskan minyak lavender.
Istriku lenyap termakan sibuk. Aku lenyap termakan suntuk.
Kamu
Satu-satunya yang bisa mengalahkan kopi di pagi hari
Satu-satunya yang bisa mengalihkan hujan dari kenangan
Satu-satunya yang bisa membuatku membayangkan masa depan
Kamu
Satu-satunya
feferf vf fbgbrgbrbrg45t35t3
f3fwefwef
fem, f24tj240[fd
54jt98345jgerofvjme
fvgerg35g
rmg405-y35jkogpnrmefv
rfmern8gt95yutrinv
rgth56hrgtbbvc
twer24terfev
csdfsdg
5. Wenseslao Moguel
Moguel divonis mati dengan cara ditembak oleh regu tembak kepolisian. Ia ditembak 9 kali, termasuk 1 peluru terakhir yang ditembakkan ke kepalanya oleh komandan regu dalam jarak dekat untuk memastikan kematiannya. 


Entah bagaimana, Moguel bisa bertahan hidup dan berencana untuk melarikan diri. Moguel pulang ke kampungnya untuk menikmati sisa hidupnya yang sangat berharga tersebut.
Foto di atas diambil pada tahun 1937 di acara Ripley’s Believe It or Not. Dimana Moguel memperlihatkan tanda bekas peluru yg menembus kepalanya dari jarak dekat
4. Joseph Samuel
Joseph divonis mati dengan cara digantung setelah dituduh melakukan perampokkan rumah seorang wanita kaya dan polisi yang menjaga rumah tersebut ikut terbunuh.


Joseph memang mengakui perampokkan tersebut. Namun, ia menyatakan bahwa ia tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut. Joseph merampok rumah tersebut bersama gengnya. Si kepala geng dilepaskan karena kurangnya barang bukti.
Pada 1803, Joseph dibawa bersama napi lain ke Parramatta, di mana sudah ada ratusan orang yang datang untuk melihat eksekusi ini. Setelah berdoa, Joseph naik ke atas gerobak dan di lehernya dikalungkan tali. Setelah siap, gerobak tersebut ditarik.
Bukannya menggantung tubuh Joseph, tali tersebut malah putus. Algojo coba lagi, tetapi kali ini tali tersebut selip dan kaki Joseph menyentuh tanah. Di tengah kegaduhan penonton, algojo coba lagi untuk ketiga kali. Tali tersebut kembali putus.
Kali ini petugas di lokasi mengabarkan gubernur tentang peristiwa ini. Setelah mengetahuinya, gubernur mengubah hukuman Joseph menjadi kurungan seumur hidup. Gubernur dan petugas lain meyakini bahwa kejadian tersebut merupakan petunjuk dari Tuhan, bahwa tidak seharusnya Joseph mendapat hukuman tersebut.
3. William Duell
Ketika berusia 16 tahun, William divonis mati dengan cara digantung. Akibat tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang gadis di Village of Tyburn, London.


Sama seperti bu Anne, jasad dari William rencananya akan dimanfaatkan di kuliah medical training, sesuai dengan prosedur regular pada waktu itu. Setelah dinyatakan mati, jasadnya dibawa ke universitas.
Kemudian setelah pakaian nya dilucuti dan diletakkan di atas papan, ada seorang petugas lab yg menyadari bahwa jasad william bernapas. Makin lama, william bernapas makin cepat. Dan dalam 2 jam, ia sudah bisa duduk. Malam itu juga, pemerintah memutuskan untuk mengalihkan hukumannya menjadi hukuman kurungan.
2. John Henry George Lee
John merupakan seorang pembantu di rumah Miss Emma. Suatu hari, Miss Emma ditemukan tewas dengan leher yang tersayat pisau dan rumahnya terbakar. John kemudian dinyatakan bersalah dan divonis hukuman gantung. Menurut jadwal, John akan dgantung pada 23 Februari 1885 di Exeter Prison.


Ketika sudah hari-H, John dibawa keluar dari selnya untuk menuju tempat eksekusi. Namun, trap door (pintu penyekat antar zona penjara) macet. Bukan hanya sekali, dua kali, tapi tiga kali.
Di tengah kebingungan pihak penjara dan eksekutor, John dikembalikan ke sel nya. Dan beberapa hari kemudian, hukumannya diubah menjadi kurungan seumur hidup.

5 orang yang masih hidup setelah dihukum mati

Siapaun yang bersalah pasti dihukum apa lagi kesalahan yang di lakukan sangat berat biasanya akan dihukum mati oleh pengadilan namun kisah ke lima orang berikut sunguh unik mereka berhasil bertahan hidup setalah di eksekusi hukuman mati penasaran seperti apa simak 5 Orang Yang Masih Hidup Setelah Dihukum Mati berikut ini.

1. Anne Green
Dieksekusi mati dengan cara digantung ketika berumur 22 tahun. Pada masa itu, hukuman gantung dilaksanakan dengan cara si napi disuruh naik tangga dan mengalungkan sendiri tali ke lehernya.



Setelah tergantung slama 1/2 jam, tubuh anne diturunkan dan diberikan pada pihak universitas sebagai bahan kuliah anatomi. Namun, setelah di kampus, peti dibuka dan dokter mendengar suara bernapas dari tenggorokannya.
Mereka segera memberinya minum. Dua belas jam setelah eksekusi, Anne sudah bisa bicara beberapa kata. Beberapa tahun kemudian Anne akhirnya menikah dan punya 3 orang anak, serta dapat hidup 15 tahun lagi setelah peristiwa eksekusi yang membuatnya terkenal itu.
Setelah kasus ini, terpidana mati digantung dengan cara dijatuhkan dari ketinggian tertentu untuk mematahkan lehernya, shingga dapat mati secara cepat.

:)

"Satu-satunya yang harus kamu mengerti, Tuhan akan mempertemukanmu dengan pria yang akan menjagamu seperti Ayah. Ah, tidak. Kelak akan ada yang menjagamu lebih dari Ayah menjaga hatimu. Kelak akan ada yang menghargai hatimu seperti Ayah menghargainya. Kelak akan ada yang menggenggam tanganmu seperti Ayah menggenggamnya."
Sungguh?