Selasa, 22 Januari 2013
Kamu bagian tersulit dari aku
sementara aku bahkan bukan bagian termudah dari kamu
Cinta seperti apa, Sayang
Apa yang kamu inginkan dari lingkaran apatis semacam itu
Sadar dan resapilah
Aku mendarah dagingkan kamu
Kamu terselip bahkan di rapatnya dinding sel terkecilku
Kamu mengalir bahkan di sempitnya pembuluh di otakku
Bangunlah, Sayang
Dunia ini bukan milik kamu
Kamu bagian tersulit dari aku
sementara aku bahkan bukan bagian termudah dari kamu
Cinta seperti apa, Sayang
Apa yang kamu inginkan dari lingkaran apatis semacam itu
Sadar dan resapilah
Aku mendarah dagingkan kamu
Kamu terselip bahkan di rapatnya dinding sel terkecilku
Kamu mengalir bahkan di sempitnya pembuluh di otakku
Bangunlah, Sayang
Dunia ini bukan milik kamu
Kamu bagian tersulit dari aku
sementara aku bahkan bukan bagian termudah dari kamu
Cinta seperti apa, Sayang
Apa yang kamu inginkan dari lingkaran apatis semacam itu
Sadar dan resapilah
Aku mendarahdagingkan kamu
Kamu terselip bahkan di rapatnya dinding sel terkecilku
Kamu mengalir bahkan di sempitnya pembuluh di otakku
Bangunlah, Sayang
Dunia ini bukan milik kamu
sementara aku bahkan bukan bagian termudah dari kamu
Cinta seperti apa, Sayang
Apa yang kamu inginkan dari lingkaran apatis semacam itu
Sadar dan resapilah
Aku mendarahdagingkan kamu
Kamu terselip bahkan di rapatnya dinding sel terkecilku
Kamu mengalir bahkan di sempitnya pembuluh di otakku
Bangunlah, Sayang
Dunia ini bukan milik kamu
Kamu bagian tersulit dari aku
sementara aku bahkan bukan bagian termudah dari kamu
Cinta seperti apa, Sayang
Apa yang kamu inginkan dari lingkaran apatis semacam itu
Sadar dan resapilah
Aku mendarahdagingkan kamu
Kamu terselip bahkan di rapatnya dinding sel terkecilku
Kamu mengalir bahkan di sempitnya pembuluh di otakku
Bangunlah, Sayang
Dunia ini bukan milik kamu
sementara aku bahkan bukan bagian termudah dari kamu
Cinta seperti apa, Sayang
Apa yang kamu inginkan dari lingkaran apatis semacam itu
Sadar dan resapilah
Aku mendarahdagingkan kamu
Kamu terselip bahkan di rapatnya dinding sel terkecilku
Kamu mengalir bahkan di sempitnya pembuluh di otakku
Bangunlah, Sayang
Dunia ini bukan milik kamu
Happy 2013!
AHA! 2013!
Nggak akan banyak menulis resolusi atau kalimat perpisahan, aku cuma akan menuliskan tiga hal terbesar yang terjadi di 2012 kemarin, yang patut dirayakan.
Masuk jurusan IPA
Merayakan hari lahir terhebat
Nonton konser Big Bang dan bisa melihat T.O.P secara langsung
Tuhan, terima kasih untuk 2012-nya. Terima kasih.
Selamat datang, 2013! Aku siap menjalani setahun berikutnya!
Selamat tahun baru, kalian semua!
Happy 2013!
AHA! 2013!
Nggak akan banyak menulis resolusi atau kalimat perpisahan, aku cuma
akan menuliskan tiga hal terbesar yang terjadi di 2012 kemarin, yang
patut dirayakan.
Masuk jurusan IPA
Merayakan hari lahir terhebat
Nonton konser Big Bang dan bisa melihat T.O.P secara langsung
Tuhan, terima kasih untuk 2012-nya. Terima kasih.
Selamat datang, 2013! Aku siap menjalani setahun berikutnya!
Selamat tahun baru, kalian semua!
Hidup dan Doa
Hari ini, sebagai manusia biasa yang sungguhan biasa, saya kembali disadarkan bahwa hidup memang hanya sementara. Datang dan pergi, pulang dan kembali. Bahwa yang kita miliki tak pernah benar-benar kita miliki, yang kita cintai tak pernah benar-benar jadi milik sendiri. Hidup berbatas, kita terbatas.
Beberapa hari yang lalu, ayah teman saya meninggal. Surut dari duka itu, hari ini, ibu teman saya menyusul menghadap Sang Pencipta. Masing-masing dari mereka dipanggil, menemui akhir usia. Dua teman saya, dalam waktu yang hampir berdekatan, diterpa kehilangan yang tak terduga. Yang sakit dan dukanya bahkan membuat remuk redam dada. Saya sendiri menolak untuk sekadar membayangkannya. Yang saya bisa lakukan hanya berdoa. Berdoa. Lalu berdoa. Dan berdoa.
Semoga mereka diberi hati dan sabar sebesar dunia.
Semoga Tuhan masih mencatatkan waktu yang lama untuk Ayah dan Ibu saya.
Kamu, kapan terakhir kali meminta maaf pada wanita hebat yang kamu panggil 'Mama' itu? Kamu, kapan terakhir kali berterima kasih pada pria kuat yang kamu panggil 'Papa' itu? Saya pun, hanya manusia biasa. Anak biasa dari orang tua yang luar biasa. Hari ini, saya sudah-sekali lagi-mengirim senyum untuk Ayah dan Ibu, sudah berterima kasih pada mereka. Sederhana tapi membuat mereka bahagia. Karena sungguh, hanya Tuhan yang tahu akhir dari sebuah doa.
Kalau bisa, kenapa sekarang tidak kamu ketuk pintu kamar mereka lalu julurkan kepala untuk bilang, "Ayah, Ibu, terima kasih, ya. Aku sayang kalian."
Hidup dan Doa
Hari ini, sebagai manusia biasa yang sungguhan biasa, saya kembali
disadarkan bahwa hidup memang hanya sementara. Datang dan pergi, pulang
dan kembali. Bahwa yang kita miliki tak pernah benar-benar kita miliki,
yang kita cintai tak pernah benar-benar jadi milik sendiri. Hidup
berbatas, kita terbatas.
Beberapa hari yang lalu, ayah teman saya meninggal. Surut dari duka itu,
hari ini, ibu teman saya menyusul menghadap Sang Pencipta.
Masing-masing dari mereka dipanggil, menemui akhir usia. Dua teman saya,
dalam waktu yang hampir berdekatan, diterpa kehilangan yang tak
terduga. Yang sakit dan dukanya bahkan membuat remuk redam dada. Saya
sendiri menolak untuk sekadar membayangkannya. Yang saya bisa lakukan
hanya berdoa. Berdoa. Lalu berdoa. Dan berdoa.
Semoga mereka diberi hati dan sabar sebesar dunia.
Semoga Tuhan masih mencatatkan waktu yang lama untuk Ayah dan Ibu saya.
Saya pun, hanya manusia biasa. Anak biasa dari orang tua yang luar biasa. Hari ini, saya sudah-sekali lagi-mengirim senyum untuk Ayah dan Ibu, sudah berterima kasih pada mereka. Sederhana tapi membuat mereka bahagia. Karena sungguh, hanya Tuhan yang tahu akhir dari sebuah doa.
Kalau bisa, kenapa sekarang tidak kamu ketuk pintu kamar mereka lalu julurkan kepala untuk bilang, "Ayah, Ibu, terima kasih, ya. Aku sayang kalian."
Hai! Hai! Hai!
Nggak tahu harus bilang apa, nggak tahu harus menulis apa setelah sekian lama nggak bisa bersua dengan halaman penting ini. Kalau-kalau ada yang merindukan postingan baru, percaya, aku jauh lebih rindu menulis disini. Semoga nggak lama lagi, jadwal postingan kembali normal. Ini juga lagi meminjam laptop teman, waktunya lima menit. Hahaha.
Nih, salah satu kutipan dari Nathan Callaghan, tokoh novel baruku.
"Cinta itu tidak menuntut? Bagaimana bisa cinta tidak menuntut? Tentu saja cinta menuntut. Memangnya siapa yang tidak mau dipeluk di pagi hari, menikmati senyum seseorang yang paling dicintai?"
Dah. Sampai ketemu lagi! Aku kangen menulis bebas disini.
Hai! Hai! Hai!
Nggak tahu harus bilang apa, nggak tahu harus menulis apa setelah sekian
lama nggak bisa bersua dengan halaman penting ini. Kalau-kalau ada yang
merindukan postingan baru, percaya, aku jauh lebih rindu menulis
disini. Semoga nggak lama lagi, jadwal postingan kembali normal. Ini
juga lagi meminjam laptop teman, waktunya lima menit. Hahaha.
Nih, salah satu kutipan dari Nathan Callaghan, tokoh novel baruku.
"Cinta itu tidak menuntut? Bagaimana bisa cinta tidak menuntut? Tentu
saja cinta menuntut. Memangnya siapa yang tidak mau dipeluk di pagi
hari, menikmati senyum seseorang yang paling dicintai?"
Dah. Sampai ketemu lagi! Aku kangen menulis bebas disini.
Tuhan menyimpan kamu
Tidak perlu hujan merintiki jendela untuk menghidupkan semua kenangan
Cukuplah aku dan persimpangan
Yang menyergap sosokmu dalam diam
Inginnya merasuk secara nyata, menyentuh kulitmu dengan raba
Lagi-lagi, memangnya aku bisa apa?
Akhirnya aku dan persimpangan
Ini yang mereka sebut takdir, cerita, jalan hidup, atau apapun itu
Yang membuat aku dalam posisi meringkuk
Memandangmu yang jauh dengan kikuk
Rasanya ingin mendekat, ingin kuberi kamu senyum hangat
Hanya satu senyum saja, sungguh
Beruntungnya orang-orang itu
Orang-orang yang tidak tahu betapa aku ingin jadi mereka
Bebas mendengar suara dan bicara denganmu
Bebas tersenyum bahkan tertawa padamu
Bebas menyentuh dan merasakan panas badanmu
Aku penasaran
Apa Tuhan sengaja menyimpan kamu sebagai kejutan?
Tuhan menyimpan kamu
Tidak perlu hujan merintiki jendela untuk menghidupkan semua kenangan
Cukuplah aku dan persimpangan
Yang menyergap sosokmu dalam diam
Inginnya merasuk secara nyata, menyentuh kulitmu dengan raba
Lagi-lagi, memangnya aku bisa apa?
Akhirnya aku dan persimpangan
Ini yang mereka sebut takdir, cerita, jalan hidup, atau apapun itu
Yang membuat aku dalam posisi meringkuk
Memandangmu yang jauh dengan kikuk
Rasanya ingin mendekat, ingin kuberi kamu senyum hangat
Hanya satu senyum saja, sungguh
Beruntungnya orang-orang itu
Orang-orang yang tidak tahu betapa aku ingin jadi mereka
Bebas mendengar suara dan bicara denganmu
Bebas tersenyum bahkan tertawa padamu
Bebas menyentuh dan merasakan panas badanmu
Aku penasaran
Apa Tuhan sengaja menyimpan kamu sebagai kejutan?
Langganan:
Postingan
(
Atom
)