Rabu, 25 September 2013

Beri aku seikat bunga cantik itu. Sesekali saja. Kalau tidak, kupaksa kamu melihat taman bunga di halaman belakang rumah kita nanti. Ah, "rumah kita nanti". Frase yang jejaknya sejelas tapak-tapak kaki di bibir pantai. Yang juga mudah menghilang termakan ombak. 
Jadi, jangan berhenti, Sayang. Kita harus terus melangkah. Menghentikan ombak menghapus langkah, jelas mustahil. Untuk itulah kita harus terus menciptakan langkah baru. Kalau kamu lelah, aku akan melangkah untukmu, pun sebaliknya. Kalau kita berdua sama-sama lelah, kuminta Tuhan mengganti kaki-kaki ini dengan yang lebih baik agar lebih bisa mengimbangi langkahmu, pun sebaliknya. 
Tapi sebelum melangkah, jangan lupa seikat bunga mawar itu.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar