Sayang, masa depan bukan milikku. Bukan milikmu. Takdir itu segaris
dengan aku dan kamu, tegak lurus dengan Tuhan. Aku dan kamu, dalam
perjalanan yang bahkan belum terjadi ini, marilah saling merapatkan
janji. Menegakkan diri. Memantapkan langkah sendiri-sendiri. Untuk
kemudian menjajal semua yang telah ditapaki, dalam waktu bernama nanti.
Jadi, bunga mawar itu disimpan untuk dijadikan cincin? Manis sekali, Sayang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar