Rabu, 25 September 2013

Dan segera saja aku mencari-cari kardigan tebal lalu menyemprot sedikit parfum. Adrian itu pria sibuk yang selalu diserempet jadwal, mudah baginya sampai di satu tempat hanya dalam beberapa menit. Saat kami akhirnya bertemu, aku gagal menahan diri untuk tidak menyambutnya dengan senyum tiga jari. Aku bahkan memeluknya erat sekali.
"Kalau kangen mestinya bilang," sindir Adrian.
Memangnya kapan aku tidak merindukanmu, Pangeran? Kapan aku tidak lelah menunggu hanya untuk mendengar suaramu? Kapan aku pernah sehari saja absen mencemaskan jadwal-jadwal yang mengeroyokmu? Kalau pikiranku adalah sekolah, kamu murid dengan tingkat bolos paling rendah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar