Hello there, girls!
Ini gila. Aku begitu
menggebu-gebu menulis sebuah surat cinta tapi tidak tahu akan dikirim
ke siapa. Aku belum punya seseorang yang begitu ingin kukirimkan
rangkaian kata manis. Kalaupun ada, nekad bukan nama tengahku. Jadi,
tidak ada salahnya kan kalau aku menulis untuk kalian,
sahabat-sahabatku?
Aku baru tamat membaca Firefly
Lane. Sebuah buku tentang persahabatan, jalinan kekal selama 30 tahun
yang penuh suka dan duka. Disana dua sahabat, Tully dan Kate saling
menemukan diri mereka terjebak satu sama lain, terikat begitu erat,
hingga harus dipisahkan oleh maut. Jujur, saat membeli Firefly Lane,
aku sangsi akan menyukai alur ceritanya. Persahabatan memang indah dan
luar biasa, tapi mungkin tak akan mampu menggetarkan hati layaknya
cerita chicklit yang kusuka. Aku percaya persahabatan memang ada,
sahabat memang nyata. Tapi masih juga tak yakin apakah tulisan bisa
menggambarkan perasaan sebesar itu. Aku toh punya kalian. Aku tahu
rasanya bersahabat.
Dan tahukah kalian? Aku menangis
sampai tersedak. Cerita tentang persahabatan setebal 625 halaman itu
membuatku sadar, betapa sahabat akan sangat berarti. Sahabat bisa kau
gambarkan lewat kata dan ekspresi. Kate meninggal dunia karena kanker,
meninggalkan Tully yang sudah 30 tahun bersama. Mereka melalui banyak
hal, sama seperti kita. Mereka tertawa hingga perut terasa kencang,
menangis bersama tanpa rasa malu, terpuruk oleh masalah. Mereka
membagi semua dalam waktu, menumpahkan semua proses menuju dewasa.
Sama seperti kita.
Aku tahu, selama hampir 8 tahun
ini kita bertiga banyak bertengkar. Saling memaki dalam hati,
mendendam tanpa sebab, hampir berpisah perkara pria, bahkan kesal tak
berkesudahan karena hal sepele. Kita berkutat dalam masalah
masing-masing, sibuk sendiri, dan makin tak punya waktu bersama. Dunia
kita semakin berbeda. Ya kan?
Egois namanya kalau aku ingin
kalian tetap seperti yang dulu. Tidak. Kalian memang masih
sahabat-sahabatku yang dulu. Hanya saja, waktu yang terbang tak
terelakan. Kini aku hanya berdoa semoga kita mendadak mendapat waktu
yang banyak untuk bersama lagi. Empat jam full di kamar, misalnya? Kita
bisa menertawakan apapun hanya dengan satu topik, kan? Kita bahkan
bisa menertawakan diri kita sendiri.
Aku bisa saja tiba-tiba datang
ke rumah kalian, mengagetkan dengan senyum lebar dan teriakan nyaring
yang khas. Tapi, memastikan kalian ada di rumah bukan perkara mudah.
Sahabat itu akan kekal
selamanya. Kelak beberapa tahun lagi, saat aku dan kalian siap menikah
untuk kemudian memiliki anak, kita masih akan bersahabat. Saat aku
dan kalian sakit, tertimpa musibah, atau bahkan dipanggil Sang
Pencipta, kita masih akan terus bersahabat. Seperti Tully dan Kate,
sahabat selamanya. Seumur hidup.
Salam sayang ,
@ummi salamah alk
Tidak ada komentar :
Posting Komentar