Dina : Eh, kamu tahu cowok baru Lisa, nggak? Tajir, lho.
Santi : Masak?
Dina : Nggak cuma itu. Dia juga baik banget. Tiap pergi ke mana-mana, Lisa selalu ditemenin.
Santi : Ah, cowokku tuh bikin bete. Dia nggak pernah punya waktu buat aku. Dia tuh....
Dina : Yee, curcol deh boo!
Hmm, pernah nggak sih suatu ketika kamu menemukan teman seperti Santi? Mendadak dia curhat ketika lagi ngobrol padahal bukan pas sesi Curhat?
Yep, curcol. Pasti kata ini sudah nggak asing lagi buat kamu. Banyak dari kamu yang memakai kata ini dalam kesehariannya. Bahkan di dumay (dunia maya), ajang buat saling curcol pun terbuka.
Di Facebook misalnya, ada komunitas yang membuka kesempatan buat siapa pun, sekadar untuk mengungkapkan isi hatinya yang katanya secara colong-colongan itu. Tapi sudahkah kalian tahu pasti apa maksud dari kata ''curcol'' itu?
Curcol merupakan singkatan dari ''Curhat Colongan'' atau lebih gamblangnya lagi curahan hati colongan. Hm, maksudnya, suatu tindakan mengadu atau mencurahkan permasalahan hati yang dilakukan secara nggak sengaja, tanpa permisi en nggak diminta.
Yah, jadi biasanya diungkapkan secara spontan en diselipkan dalam percakapan. Walhasil, bisa-bisa percakapan beralih topik. Kadang-kadang beberapa orang menggunakan kata itu tidak sesuai dengan konsep awalnya. Misalnya, "Eh dengarkan dong, aku mau curcol nih." Haloo, namanya juga colongan, kok pakai acara pemberitahuan segala? Kalau gitu, apa bedanya dengan curhat?
Tapi nggak apa deh. Itu semua tergantung penafsiran kamu sajalah. Apalagi, sebuah istilah, sering mengalami sesuatu yang dalam istilah kebahasaan atau linguistik, disebut pergeseran medan makna. Makna suatu istilah, apalagi yang baru seperti curcol di kalangan anak muda, juga bisa mengalami pergeseran medan makna.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar